Kawanku di Jakarta hijrahnya gak tanggung-tanggung, rumahnya
yang masih KPR dijual, Honda Jazz putih yang dulu perlente dipakainya pun
dijual. Sekarang tinggal di rumah kontrakan, memulai bisnis baru yang sangat berbeda
dengan bisnisnya yang dulu.
"Sap, ketika aku menjual semua asetku dan hutangku
lunas, ada perasaan plong di hati yang tidak ternilai, bangun pagi rasanya
bebasssss... Tak ada sedikitpun mikiran cicilan ini itu lagi. Sebulan kalo
dapat uang 20jt, duitnya ya utuh, kebutuhan keluarga paling 5 juta dah cukup..
Gak ada lagi kertas-kertas tagihan dengan nominal dan beban bunga yang bikin
nyesek! Dan Allah tidak pernah ingkar janji.. Aku bisa memulai bisnis lagi,
bangkit lagi, tanpa harus hutang disana-sini"
Senyumnya begitu lepas.. Tanpa beban.
Kawanku lainnya di Jogja, pengusaha advertising memilih tak
pernah tanda tangan apapun dengan surat hutang. Mobil sudah ada dari kantor
untuk operasional, wira wiri dia masih setia naik motor, kalo ku goda
"wis dadi boss mbok numpak mobil Mas"
jawabnya cukup sesederhana ini:
"ah Valentino Rossi yang kaya raya aja naik motor
kok"
Penghasilannya sebagai pemilik bisnis, penulis buku, dan
inspirator di berbagai seminar tentu gampang kalo untuk datang ke dealer, tanda
tangan surat hutang, DP 30% dan langsung bawa pulang Innova pun bisa. Tapi itu
tidak dilakukannya.. Tetap naik motor, tapi kemarin beli iPhone 6plus harga 14
juta pun cash, beli MacBook puluhan juta pun cash, iPad malah ada yang ngasih.
"Mas aku mau beli rumah nih, tapi cash gak mau hutang..
Sekarang terus ngumpulin uang, ketemu yang cocok bayar.."
"Enak lho gak punya hutang, sholat juga tenang, gak
kemrungsung, naik motor juga woles aja tuh.. Gak takut dikuntit debt colector,
di rumah juga santai gak ada penagih hutang gedor-gedor rumah" lanjutnya
Mmmm.. Gitu yaa
Ada lagi anak muda yang baru kukenal di Jogja, bisnisnya
baru dua tahun tapi tumbuh luar biasa, bangkrut di bisnis jualan jus usai jadi
sarjana, sempat galau lalu bangkit dengan bisnis ayam gepreknya. Join dengan
kawannya, kerja bareng-bareng memulai usaha, fokus, tekun, gak neko-neko..
Sekarang sehari omzetnya tembus 13-15 juta. Kutanya langsung isi dapurnya,
dengan omzet segitu sebulan dapat profit bersih berapa?
"Alhamdulillah mas, bulan kemarin bersih dapat 97
juta"
Wow!!!
"Kalian punya hutang di bank?" Tanyaku
"Sejak awal bisnis kami tidak pernah berhutang, setiap
ada untung kami gak ambil, diputer terus, digulung terus, puter lagi, sampai
sekarang punya 3 cabang. Kami ingin fokus di bisnis mas, bukan di
hutang..."
Anak muda dengan profit nyaris 100jt sebulan itu tetap naik
motor ketika berlalu dari hadapanku..
Wahai.. Wahai..
Wahai dirimu yang masih berprinsip hutang itu mulia, numpuk
hutang disana-sini, bangga banget dengan aset hutangan yang dipamerkan di semua
sosmed, agar dapat label "sudah saksesss!!" dari kawan dan orang
sekitar,
inget... kalo engkau tidak mampu membayar hutang akan masuk
kategori gharim..
Layak dan berhak dizakati..
Mendapat bagian 2,5% dari harta orang lain seperti fakir
miskin.
Mau?
Dan aku jadi saksi, ketika berkeliling kota-kota bertemu
dengan banyak pengusaha yang dulu bangga dengan aset-asetnya, sekarang datang
dengan wajah murung dalam jeratan hutang tak berkesudahan..
Masih mau terus hidup dalam kepalsuan?
@Saptuari
No comments:
Post a Comment