Monday, January 04, 2016

Mainan Itu Bernama Dunia

Setiap dari kita tentu pernah mengalami masa anak-anak. Waktu yang begitu indah sekaligus menggelikan. Barangkali ada di antara kita yang dahulu saat masih kecil pernah kehilangan mainan kesayangan. Masih ingat bagaimana respon kita saat itu? Menangis berjam-jam, bahkan mungkin sampai berhari-hari? Sekarang setelah dewasa, bila teringat perilaku itu, tentu kita akan tertawa geli, "Koq  bisa begitu ya efeknya? Padahal  kan  cuma mainan biasa yang remeh ?! ". Kita bisa berkomentar seperti itu saat ini, sebab kita sudah bertambah usia dan semakin matang dalam berpikir.

Ketahuilah bahwa sejatinya pandangan seseorang terhadap dunia, juga akan terpengaruh dengan semakin bertambah 'kedewasaan' dia dalam beriman.  Semakin tebal imannya, maka akan semakin sadar betapa remehnya dunia.  Sebaliknya bila kita masih mendewakan dunia, berarti itu pertanda iman kita masih 'kekanak-kanakan '. [1]

Allah  ta'ala  menggambarkan kenyataan dunia dalam firman-Nya,

"وما الحياة الدنيا إلا لعب ولهو وللدار الآخرة خير للذين يتقون أفلا تعقلون"

Artinya:  "Kehidupan dunia ini  hanyalah permainan  dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kalian mengerti? ".  QS. Al-An'am (6): 32.

Aplikasi Teori

Begitulah kira-kira teori orang yang beriman dalam memandang hakikat dunia. Dunia hanyalah permainan. Penerapan teori tersebut dalam kehidupan sehari-hari antara lain demikian;

Pertama:  Jangan terlalu sedih saat kehilangan dunia

Ilustrasi yang kami tampilkan di awal makalah diharapkan bisa memperjelas poin ini. Saat kita kehilangan barang, ditinggal orang yang kita cintai, gagal dalam berbisnis dan yang semisal itu, janganlah mau berlarut-larut dalam kesedihan. Introspeksi mengoreksi kesalahan, bagus. Tapi berlama-lama dalam kegalauan, jangan! Sebab apapun yang kita miliki di dunia ini, merupakan titipan dari Allah. Cepat atau lambat pasti akan diambil oleh-Nya.

Kedua:  Jangan terlalaikan dari kehidupan hakiki (akhirat)

Permainan kita di dunia ini janganlah membuat kita terbuai, sehingga melupakan rumah kita yang sebenarnya, yakni di akhirat. Kita di dunia ini hanyalah  "mampir Ngombe"  begitu kata orang Jawa.

Hadits shahih berikut  insyaAllah  membantu kita untuk memahami konsep barusan.

Ibnu Mas'ud  radhiyallahu'anhu  bertutur,

"نام رسول الله صلى الله عليه وسلم على حصير فقام وقد أثر في جنبه, فقلنا:" يا رسول الله لو اتخذنا لك وطاء ", فقال:" ما لي وللدنيا? ما أنا في الدنيا إلا كراكب استظل تحت شجرة ثم راح وتركها ".

"Suatu hari Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam tidur di atas tikar. Saat ia bangun, di tubuhnya membekas garis-garis tikar. Maka kami pun berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana bila kami membuat kasur untukmu?".

Beliau menjawab, "Apa kepentinganku di dunia ini? Aku di dunia ini hanyalah bagaikan seorang musafir yang bernaung di bawah sebuah pohon. Setelah itu ia pergi meninggalkannya ".  HR. Tirmidzy dan beliau menyatakan hadits ini  hasan sahih.

Semoga makalah singkat ini membantu kita untuk memahami hakikat dunia ...💖

No comments: