Thursday, April 05, 2018

Indahnya Wakaf...

KISAH INSPIRATIF DARI HJ. ISMAIL
Saya perjalanan dari Gontor ke Batang, mampir Solo untuk makan siang bersama KH. Ahmad Jameel, Pimpinan PPPA Darul Quran dan Kiai Bisri, Pimpinan Tazakka Batang, Ustadz Faiz dan Ustadz Affandi. Kiai Jameel mengajak makan di rumah makan "ibunya", saya kaget karena setahu saya beliau dari Banten.
Ternyata, rumah makan yang dimaksud Kiai Jameel adalah RM. Taman Sari, Jln. Adisucipto, Colomadu, Solo, milik Hj. Ismail (73 tahun), ibu yang dimaksud oleh Kiai Jameel.
Sembari makan, kami ditemani Pak Didin, salah seorang pembina di PP Darul Quran, Solo. Pak Didin bercerita ttg bagaimana kisah wakafnya Hj. Ismail. Kami semua menyimaknya, dan saya juga merinding mendengarnya. Benar-benar inspiratif dan amazing.
Singkat cerita, Daqu Solo dulu kecil, dan ingin mengontrak sebuah bangunan lagi karena sdh tidak bisa menampung santri, sembari berpikir bagaimana membebaskan tanah lagi utk perluasan dan membangun gedung di atasnya.
Singkat cerita, Hj. Ismail datang memberi cheque 100 juta, persis senilai untuk mengontrak sebuah bangunan yang akan dijadikan asrama. Tiga hari kemudian, beliau kembali lagi ke pondok, karena katanya hatinya tdk tenang memikirkan rencana pondok.
Akhirnya ia datang lagi, meminta kembali cheque yang 100 juta, dan menggantinya dengan 500 juta. Sampai di situ? Tidak. Sejak itu, tiga kali berturut-turut beliau mimpi didatangi suaminya yang telah wafat, dalam mimpinya itu suami berkata: "Bu, mbok aku dipikirkan di sini, anak-anak dibangunkan rumah, saya juga mbok ya dibangunkan rumah juga". Mimpi itu berulang kali, akhirnya minta nasehat ke Ustadz Yusuf Mansur dan dikatakan bahwa itu bisa jadi isyarat untuk membangunkan rumah di surga bagi suaminya. Artinya apa? Wakaf!
Maka, datanglah lagi ke pondok dan minta proposal gedung yang akan dibangun utk asrama santri itu. Ternyata nilainya miliaran rupiah. Dan sang ibu menyanggupinya. Allahu Akbar!
Di sisi lain, ada orang yang akan mewakafkan tanahnya di Jkt tapi lama belum laku-laku, padahal uang hasil jual tanah itu akan diwakafkan utk membebaskan tanah yang di Solo. Suatu ketika, sang wakif akan umrah, sebelumnya telpon ke Pak Didin, mau minta didoakan apa? Pak Didin menjawab: Mohon didoakan agar tanah Bapak segera laku supaya segera dapat membebaskan tanah yang di sini karena sang ibu sudah siap akan membangunkan gedungnya.
Apa yang terjadi? Sepulang umrah, dalam pesawat dari Jakarta ke Solo, bapak yang wakaf tadi duduk berdampingan dengan seorang pengusaha kaya, dan entah kenapa, berceritalah tentang 'kegalauan' mengenai tanahnya yang belum laku.
"Mau dijual berapa?" tanya bapak pengusaha yang duduk disampingnya.
"2 miliar saja" jawabnya singkat. Subhanallah, tanpa menawar, dan tidak kenal sebelumnya, tiba-tiba deal begitu saja.
Karena niat awalnya adalah akan dibagi ke beberapa lembaga, maka uang 2 miliar itu: 1 miliar diserahkan kepada Daqu Solo dan yang 1 miliar lagi dibagi habis ke beberapa masjid di jakarta.
Singkat cerita, uang untuk tanah sudah ada 1 miliar. Padahal, harga tanahnya 1,6 miliar. Berarti kurang 600 juta lagi. Kembali Allah kirim pertolongan-Nya, sang ibu menelpon salah satu putranya dan memerintahkannya untuk menutup semua kekurangan pembebasan tanah senilai 600 juta itu. Maka, hari itu juga, persoalan tanah selesai! Segeralah dibangun gedung 5 lantai wakaf dari ibu.
Ada kisah menarik lain lagi. Perlu saya ceritakan di sini. Suatu ketika, di rumah makan ada 3 bus rombongan pariwisata mampir makan di situ. Tiba-tiba satu bus rusak dan harus turun mesin, sehingga supir, kenek dan beberapa orang mekanik harus menginap di situ beberapa hari untuk betulkan mesinnya.
Sang ibu bilang pada supir, "Coba telponkan bosmu saya mau bicara". Maka, disambungkanlah pada bos mereka melalui saluran telepon. Kira-kira begini yang dikatakan ibu kepada bos pemilik bus itu.
"Ini supir, kenek dan karyawanmu beberapa hari di sini tidak usah dipikirkan, dan jangan dimarahi, biar saya yang nanggung semuanya makan, minum, nginap dan uang hariannya, dan kalau pun ada kerugian jangan dibebankan ke mereka, saya yang nanggung."
Mendengar hal itu, sang supir menangis karena haru atas kebaikan sang ibu. Bos pemilik bus pun kebingungan, kok ada ya orang sebaik ini, padahal tidak kenal.
Sejak saat itu, berita segera menyebar di kalangan supir-supir bus pariwisata, rupanya supir tadi mengisahkannya kepada kawan-kawan sejawatnya. Maka, hingga hari ini rumah makan Taman Sari ramai dikunjungi bus-bus pariwisata.
Bukan cuma itu, ibu juga menanggung biaya makan para santri yang sedang belajar di pondok solo tadi.
Saat ini di belakang rumah makan, selain parkiran yang luas layaknya terminal bus, ibu juga sedang membangun masjid dan gedung pertemuan. SubhanalLaah, masjidnya keren banget, besar mirip masjid raya dan ada liftnya. InsyaAllah sebelum Ramadhan ini katanya akan jadi. Amiiin ya Rabb.
Kami diajak Kiai Jameel dan Pak Didin silaturahim di ruangannya di samping dapur rumah makan tersebut. Subhanallah, sederhana sekali, ruangan hanya berukuran sekitar 5 x 7, ada dipan buat istirahat, kursi buat nerima tamu, dan sebidang tempat untuk shalat.
Ibu menerima kami dengan wajah bersinar dan teduh, lembut dan penyayang. Kami, dibawakan makanan untuk makan malam di jalan.
Saya sampaikan kepada beliau: "Ibu, berbahagialah karena apa yang ibu lakukan sudah benar, jadi untuk ibu ini tidak lagi berlaku pepatah hemat pangkal kaya, tetapi ibu sudah mempraktekkan pepatah: bloboh pangkal kaya.  (bloboh dalam bahasa jawa artinya gemar memberi, dermawan)."
Kepada Pak Didin saya sampaikan:
"Inilah potret muslim yang benar, wakaf menjadi gaya hidup, life style. Setiap orang berusaha menjadi kaya, tetapi endingnya adalah untuk bisa berwakaf. Saya mau jadi orang kaya supaya bisa banyak wakaf, bukan saya mau jadi orang kaya supaya bisa beli ini itu, atau supaya bisa pergi ke sana sini, dsb."
"Kalau saya punya uang 1000 lalu saya wakafkan 200, maka logika umum akan mengatakan bahwa saya mencintai yang 800 karena yang 800 tetap saya genggam. Menurut saya itu keliru, hakekatnya yang saya cintai adalah yang 200 yang sudah saya wakafkan, karena yang 200 itulah yang abadi dan benar-benar milik saya, karena yang 200 itulah yang akan menemani saya di alam kubur, di hari perhitungan, dan yang dapat mengantarkan saya ke surga bahkan dengan 200 itulah saya telah membeli rumah masa depan di surga".
Wakaf memang amazing! Menakjubkan! Semoga wakaf benar-benar bisa menjadi gaya hidup masyarakat muslim. Ushiikum wa iyyaya (aku nasehatkan pada kalian semua dan juga pada diri saya sendiri).


@anang-rikza-masyhadi
Solo, 16 Rajab 1439
2 April 2018

Wednesday, April 04, 2018

10 Alasan Menghafal Tak Hafal-Hafal Tetap Menyenangkan

1. Satu huruf Al-Qur'an satu kebaikan, dan satu kebaikan 10 pahala. Bagi yang kesulitan melafalkan, satu hurufnya dua kebaikan. Berarti setiap hurufnya 20 pahala. Semakin sulit semakin banyak. Kalikan dengan jumlah pengulangan Anda.
2. Al-Qur'an, seluruhnya, adalah kebaikan. Menghafal tak hafal-hafal berarti Anda berlama-lama dalam kebaikan. Semakin lama semakin baik. Bukankah Anda menghafal untuk mencari kebaikan.
3. Ketika Anda menghafal Al-Qur'an, berarti Anda sudah punya niat yang kuat. Rasulullah saw menyebut 70 syuhada dalam tragedi sumur Ma'unah sebagai qari (hafizh), padahal hafalan mereka belum semua. Ini karena seandainya mereka masih hidup, mereka akan terus menghafal. Jadi, meski Anda menghafal tak hafal-hafal, Anda adalah hafizh selama tak berhenti menghafal. Bukankah hafizh yang sebenarnya di akhirat?
4. Menghafal Al-Qur'an ibarat masuk ke sebuah taman yang indah. Mestinya Anda betah, bukan ingin buru-buru keluar. Menghafal tak hafal-hafal adalah cara Allah memuaskan Anda menikmati taman itu. Tersenyumlah.
5. Ketika Anda menghafal Al-Quran, meski tak hafal-hafal, maka dapat dipastikan, paling tidak, selama menghafal, mata Anda, telinga Anda, dan lisan Anda tidak sedang melakukan maksiat. Semakin lama durasinya, semakin bersih.
6. Memegang mushaf adalah kemuliaan, dan melihatnya adalah kesejukan. Anda sudah mendapatkan hal itu saat menghafal kendati tak hafal-hafal.
7. Adakalanya kita banyak dosa. Baik yang terasa maupun tak terasa. Dan menghafal tak hafal-hafal adalah kifaratnya, di mana, barangkali, tidak ada kifarat lain kecuali itu.
8. Tak hafal-hafal adakalanya karena Allah sangat cinta kepada kita. Allah tak memberikan ayat-ayat-Nya sampai kita benar-benar layak dicintai-Nya. Jika kita tidak senang dengan keadaan seperti ini, maka kepada siapa sebenarnya selama ini kita mencintai. Ini yang disebut: Dikengenin ayat.
9. Menghafal tak hafal-hafal tentu melelahkan. Inilah lelah yang memuaskan, karena setiap lelahnya dicatat sebagai amal sholeh. Semakin lelah semakin sholeh.
10. Menghafal tak hafal-hafal, tandanya Anda di pintu hidayah. Berat tandanya jauh dari nafsu. Jauh dari nafsu tandanya dekat dengan ikhlas. Dan ikhlas lahirkan mujahadah yang hebat.
Tulisan ini dari K.H. Deden M. Makhyaruddin, M.A. (Dewan Penasihat Indonesia Quran Foundation).