Thursday, June 21, 2018

AGAR ANAK HAFAL AL QURAN SEBELUM USIA 7 TAHUN

Saudaraku, inilah kiat-kiat praktis mendidik putra-putri kita hafal Al Quran sebelum usia 7 tahun. .

Kiat-kiat ini disampaikan oleh Syekh Dr. Kamil Al Labudi, 29 Ramadhan 1437 H. .

Kiat-kiat ini disampaikan beliau berdasarkan pengalaman beliau dalam mendidik ketiga putra/putri beliau hafal Al Quran 30 juz dalam usia 4,5 tahun. Semua putra/putri beliau hafal Al Quran 30 juz sebelum usia mereka 5 tahun. .

1. Tabarok hafal 30 juz ketika usianya 4,5 tahun,

2. Yazid hafal 30 juz ketika usianya 4,5 tahun,

3. Zainah hafal 30 juz ketika usianya 5 tahun. .
Inilah kiat-kiatnya:

1. Ketika anak kita lahir, dari usia 1 hari perdengarkan Al Quran setiap harinya 1 juz dan ulangi sebanyak 5 kali.
Ulangi terus selama satu bulan. Jadi dalam waktu 1 bulan 1 juz di ulang sebanyak 150 kali.

Maka waktu yang diperlukan untuk menamatkan memperdengarkan Al Quran sebanyak 30 juz hanya 30 bulan, yaitu 2,5 tahun. Ketika anak kita usianya 2,5 tahun dia sudah mendengarkan Al Quran 30 juz sebanyak 150 kali. .

2. Pilihlah bacaan dari para Masyayikh, para Qori yang terkenal bacaannya fasih, seperti Qori Syekh Mahmud Kholil Al Hushori, Syekh Shiddiq Al Minsyawi, dll. Atau para Qori dari Saudi Arabia, seperti Syekh Ali Al Hudzaifi, Syekh Muhammad Ayyub, dll. .

3. Ketika anak kita sudah tamat mendengarkan bacaan Al Quran 30 juz, maka ajarkan hafalan kepadanya. Sehari setengah halaman atau satu halaman, ulangi setiap harinya sampai 5 kali. .

4. Buat cara yang menarik untuk anak kita agar mau menghafal, berikan hadiah ketika bisa mencapai target. .

5. Doa kepada Allah ta'ala agar dimudahkan dalam membimbing anak kita dalam proses menghafal Al Quran 30 juz. .

Dengan metode seperti ini, hanya perlu waktu 1,5 tahun anak kita hafal Al Quran 30 juz. .

Mudahan-mudahan Allah ta'ala berikan karuniaNya kepada kita semua agar keluarga kita menjadi Ahlul Quran dan semoga putra-putri kita hafal Al Quran 30 juz

Copas

800.000 TITIK CAHAYA

Tulisan bagus dari Rendy Saputra

Ummat saat ini memiliki 800.000 gedung yang hanya dipakai 5 jam per hari. Gedung itu bernama : MASJID.

Disinilah awal mula ide pemberdayaan Masjid sebagai asset ummat. Dari pondasi pemikiran ini, kita harus kembali memaknai... sudah sejauh mana kita MEMANFAATKAN 800.000 asset ini.

***

Narasi tentang pemberdayaan masjid ini akan Saya sampaikan secara runut.

Pertama, optimalisasi masjid sebagai sarana ibadah.
Kedua, optimalisasi masjid sebagai titik manajemen ummat.
Ketiga, optimalisasi masjid sebagai asset fisik.

***

Kita masuk pada pemikiran pertama, masjid sebagai sarana ibadah.

Sahabat, masjid biasanya dibangun secara bersama-sama oleh warga, walaupun ada masjid yang memang dibangun oleh pribadi. Perbedaan yang nampak nyata adalah... masjid yang dibangun oleh kekuatan publik biasanya lemah pada pengelolaan, dan masjid yang dibangun personal biasanya terkelola baik. Sederhananya, karena ada sponsor personal yang terus menyuplai kebutuhan perawatan masjid.

Pada ruang pemikiran pertama ini, Saya lebih memodelkan masjid yang memang dibangun bersama.

Masjid yang dibangun bersama berarti dimiliki bersama, dimiliki oleh warga. Artinya ia adalah milik ummat. Didalam bisnis, ummat menjadi "owner" dari masjid.

Tapi disisi lain, masjid juga dituntut melayani ibadah jamaah, maka ummat juga berada pada posisi "market" dalam waktu yang bersamaan.

Yang biasanya belum ada adalah "Dewan Eksekutif" yang memang menjalankan masjid secara profesional. Dewan direksi beserta jajarannya.

Sebagian masjid membentuk Dewan Kepengurusan Masjid (DKM), dan DKM secara sukarela menyisihkan waktu untuk mengurus masjid. Pada pengurus DKM usia produktif, mengurus masjid tidak bisa menjadi aktivitas utama, karena harus bekerja dan berbisnis mencari nafkah. Akhirnya mengurus masjid menggunakan waktu sisa.

Jika para pensiunan mewarnai DKM, aura eksekusinya juga tidak bisa diharapkan cepat, kurang kreatif ...karena natural nya organisasi itu dijalankan oleh usia produktif. (Dengan tetap menghargai para pensiunan yang menjadi DKM)

Maka, perlu digagas dewan eksekutif yang profesional dalam kepengurusan masjid. Muda, berkapasitas dan memang full dedikasinya untuk mengurusi masjid.

Artinya..., ada Owner beserta jajaran komisaris dan ada CEO beserta jajaran eksekutornya.

Ide gila nya disini : 1 masjid, harus dikelola oleh 1 CEO profesional dengan kepuasan jamaah sebagai Key Perfirmance Indicator nya.

1 CEO
1 direktur operasional-ibadah
1 direktur keuangan
1 direktur komunikasi-media
1 direktur ziswaf
1 direktur pembinaan jamaah
1 direkrur General Affair

1 CEO... 6 Direktur ... 7 BOD.

1 direktorat bisa merekrut lagi 5 staff. Akhirnya 1 masjid bisa menyerap 37 tenaga kerja.

Bayangkan angka 800.000 masjid x 37 tenaga pengelola. Anggaplah dengan masjid kecil, menjadi 20 pengelola per masjid, berarti untuk ranah pelayanan masjid saja, terbuka 16 juta lebih lapangan kerja baru.

Turunan dari cara kerja seperti ini akan sehat. Bapak-bapak DKM tetap elegan menjadi pengurus DKM. Bapak-bapak akan menjadi owner dan mengawasj kerja jajaran eksekutif. Ini mirip owner bisnis ngontrol pekerja.

Kan memang iya, uang ummat menggaji CEO+team dan mereka kembali melayani ummat, diawasi oleh perwakilan ummat... share holders..., namanya DKM.

Selanjutnya, SDM timur tengah yang sudah belajar diinul Islam, Quran, Hadist, akan terberdayakan dengan baik. Jika 1 masjid butuh 1 imam hafidz dan terdidik, maka kita bisa menyerap 800.000 hafidz. 800rb imam, 800rb muadzin.

Selanjutnya, SDM yang sekolah zakat, sekolah ekonomi, bisa duduk di direktorat keuangan dan zakat. Semua terberdayakan. Belum lagi kita bicara direktorat pembinaan jamaah yang akan saya sampaikan detail di poin ketiga.

**

Poin kedua adalah masjid sebagai titik menajemen ummat.

Jika kita bicara manajemen, kita bicara tentang SIAPA yang kita kelola dan BAGAIMANA, mau diapakan.

Jika kita hadir ke sebuah masjid, dan hadir ke jajaran DKM, mari tanyakan hal ini :

1. Berapa KK yang dilayani oleh masjid ini.
2. Ada berapa laki-laki dewasa yang telah sadar menjadi jamaah ini, nama, usia, profesi, keahlian, dan rumahnya dimana.
3. Berapa anak-anak muslim yang harus menjadi perhatian masjid ini.
4. Berapa muslimah...

Terus.. terus dan terus.. data.. data.. dan data.. dan saya yakin.. datanya tidak ada.

Kecuali memang masjidnya profesional.

Saya ingin membuka mata anak bangsa : Jumlah kelurahan dan desa di Negeri ini, menurut data BPS 2016, itu ada 82,030. Ada selisih dengan data lain, tapi bisa dibilang 80.000an

Jika jumlah masjid ada 800.000 dan jumlah desa kelurahan ada 80rb, berarti 1 desa/kelurahan terdapat 10 masjid. Sebuah proporsi yang pas untuk manajemen ummat.

Sahabat, bayangkan,....

Islam menuntun shalat berjamaah 5 waktu di masjid. Berarti ada sekumpulan laki-laki baligh dewasa yang "meet up" 5x sehari. Anehnya, meet up 5x sehari... tetapi hampir tidak ada sinergi yang terjadi. Yang nganggur tetap nganggur, yang sulit kuliah tetap sulit kuliah. Aneh bukan?

Konsep masjid sebagai wahana manajemen ummat, dalam benak Saya adalah benar-benar mengurus dan mensinergikan seluruh kekuatan yang ada dalam tubuh ummat.

Masjid memutuskan sejauh mana rentang wilayah layanannya. Petakan. Tarik area pake spidol. Arsir. Ini wilayah layanan masjid A. Clear.

Lalu masjid mendata seluruh kaum muslimin pada area tersebut, pokoknya yang muslim didata. Mau ke mesjid atau tidak,  harus menjadi target layanan masjid. Kan dimandikan dan disholatkannya disitu toh?

Dari data ini akan terbaca, tingkat pendidikan, keahlian, engagement dengan masjid, bahkan sampai kebutuhan dan masalah yang sedang dihadapi.

Lucu donk, ada anak muda bolak balik 5 waktu ke masjid, 5 bulan nganggur, sementara di mesjidnya ada pengusaha yang punya bisnis 100 outlet. Ini gak lucu blasss.

Lucu donk, ada jamaah yang bingung nyari guru private kalkulus anaknya, sementara sarjana matematika bolak balik berjamaah disebelah si bapak.

Pendataan ini adalah fungsi manajamen dan dengan begini... CEO masjid tidak hanya berfikir proses ibadah berjalan baik, tetapi juga beliau memiliki LIST UMMAT yang harus dilayani. Makanya wajar SDM dedicated, karena kerjanya full time.

- bapak itu sudah dapat kerjaan belum?
- ibu itu single parent butuh dicarikan suami nggak?
- anak keluarga itu pinter tapi kok gak kuliah kenapa?
- adek itu kok masih nganggur aja.
- mas itu bisnis kayaknya kurang modal.
Hayuk.. masjid bantu.. kira-kira jamaah kita ada yang punya solusi gak ya?

Bahasan-bahasan seperti ini harusnya menjadi wahana kerja setiap BOD masjid di 800.000 masjid yang ada. Bayangkan... saya membayangkan saja merinding.

Konsep pelayanan seperti ini akan menarik kekuatan donasi ummat lebih besar. Karena ada programnya be-RESONANSI. Ummat Islam Indonesia ini mudah, selama ada program, urunan jalan. Gampang. Asal konkret, komunikasi baik. Semua akan mengalir.

Dengan begini, potensi kekuatan ummat akan hadir. Setiap warga muslim yang terdaftar di masjid tertentu akan terperhatikan. Ikatan-ikatan sosial kita sebagai ummat akan kokoh. Karena masjid hadir bukan hanya sebagai fungsi fisiknya, tetapi fungsi intrinsiknya : melayani kebutuhan ummat

***

Poin ketiga, masjid sebagai asset fisik ummat.

Sahabat, jika Anda berbisnis, Anda pasti memahami usability. Tingkat kegunaan asset yang Anda punya.

Masjid yang dibangun oleh sebagian besar ummat ini, relatif HANYA digunakan 5 waktu dalam sehari. Itu saja. Jika dari adzan hingga selesai dzikir dan doa itu anggaplah 1 jam, maka masjid hanya digunakan 5 jam dari 24 jam yang ada.

Anda punya pabrik, dipakai 5 jam saja.
Anda punya warung, buka 5 jam saja.
Anda punya mesin fotokopi, bekerja 5 jama saja.
Bagaimana perasaan Anda?

Ratusan bahkan miliaran rupiah UANG UMMAT sudah di investasikan untuk bangun masjid, tetapi dipakai hanya 5 jam bahkan kurang per hari. Bagaimana perasaan Anda? Bagaimana guncangan fikiran Anda saat ini?

Dari pemikiran ini, sahabat muslim dengan fikiran pemberdaya, tidak boleh mengijinkan hal ini terjadi. Mubazir.

Mari tantang fikiran kita.

Setelah subuh, masjid lengang mulai pukul 7.00. Coba kita bikin program :

7.00 sd 9.00 : ruang utama masjid jadi wahana kelas hafalan quran untuk remaja yang belum kerja, masih nunggu kuliah, atau memang bisnis, entrepreneur waktunya bebas.

09.00 sd 11.30 : masjid menjadi kampus. Buka kelas non formal. Bikin silabus. Pengajar cari relawan. Masjid dipakai gratis. Berarti mahasiwanya bisa gratis. Ini solusi pendidikan.

Pada jam ini, ibu-ibu relatif sudah antar anak ke sekolah. Bisa dilakukan taklim ibu-ibu. Jika tidak, selasar masjid menjadi wahana pengajaran bikin roti, menyulam, kerajinan, bahkan kejar paket A, B, C. Apa aja... yang penting manfaat untuk ummat.

13.00 sd 15.00 : mata kuliah kedua. Untuk masjid kampus. Selasar bisa adakan kegiatan lain.

16.00 sd 17.00 : TQA dihidupkan, jika sudah banyak anak-anak yang sekolah si SDIT, bisa jadi sekolah Quran untuk jamaah dewasa.

20.00 keatas : dirosah islami, ajarkan ummat shiroh, hadist, fiqh, selesai jam 21.00. Majelis cair terbuka setiap malam.

Pertanyaannya, yang ngajar siapa, SDM nya mana...

kan ada nomor 2 diatas. Masjid banyak uang. Manajemen kokoh. Ada SDM dedicated. SDM pengajar bisa dibayar secara profesional. Dan akan sangat layak.

Intinya mari kita maksimalkan. Bahkan lebih dahsyat lagi, malam harinya bisa gunakan area tertentu untuk tempat inap musafir atau sahabat tunawisma. Kenapa nggak? Semacam shelter inap semalam.

Ambil satu space, lapisi karpet khusus, beri hijab pembatas, jadikan masjid ramah musafir, ramah orang lemah. Disitulah da'wah akan terasa sangat mendalam dihati ummat.

Anak-anak muda bisa wifi-an di masjid. Block aja konten yang negatif.

Beri space berkumpul dan bercengkarama di masjid. Masjid ramah pertemuan.

Ada area masjid untuk playground anak-anak balita. Biar akrab sama masjid, dan saat shalat fardhu dijaga baby sitter khusus. Digaji oleh masjid.

Masjid menjadi tempat bimbel, pelatihan bisnis, diskusi, meet up, yang gak boleh kan jualan di dalam masjid. Pekarangan boleh kayaknya. Banyak koperasi di komplek mesjid kok.

Intinya gunakan. Jangan begitu mau digunakan, ada info : "adik-adik remaja masjid pake acaranya di selasar ya, soalnya karpet masjidnya baru beli"

Ya Salaammm... ini terjadi... aseli... karpet dibelain.. generasi muda Islam gak dikasih tempat... YA Rabb...

**

Tulisan Saya apa adanya. Saya sudah memaksimalkan diri sesopan dan sesantun mungkin. Ini sebabnya, dalam setiap roadshow, Saya selalu minta sesi kuliah subuh ke masjid-masjid.

Alasan pertama biar ada yang jemput paksa shalat subuh. Hehehehe..

Alasan kedua, karena di masjidlah kekuatan utama ummat ini. Itupun kalo dimaksimalkan.

Karakteristik ummat Islam Indonesia ini "wait and see". Mereka tidak begitu cepat dan inisiatif membangun sesuatu. Pemalu, gak enakan, takut konflik, malas ngasih saran. Keranan masjid bocor aja gak ada yang berani ngasih masukan.

Tetapi ketika ruang-ruang kolaborasi dan sinergi dibuka, maka kekuatan akan datang. Ketika pelayanan jelas terasa, donasi akan hadir berlimpah.

Sama seperti bisnis. Maaf banget. Logika ini harus saya sampaikan.

Jika perusahaan Anda jasa layanannya baik, maka market akan berulang beli layanan Anda. Jika tidak. Market tidak repeat.

Saya merasakan sendiri, jika sebuah masjid progressnya baik, terawat, ekosistem pengelolaannya terasa, maka kita pasti mau dukung maksimal.

Saya secara pribadi berharap, tulisan ini bisa mendorong banyak DKM untuk berbenah diri. Kemudian melangkah berani membangun sistem layanan profesional pada masjid. Dan kemudian menyadarkan ummat Islam, untuk kemudian MENGINDUK ke masjid-masjid terdekat. Shalatlah fardhu di masjid, dan bangunlah ikatan sosial sesam ummat Islam.

Perlu ada keberanian membayar 1 CEO masjid senilai 15 juta rupiah per bulan, ketika memang beliau mampu membangun layanan untuk 1.000 KK muslim, dengan raihan donasi 1M per bulan, baik dari jamaah, donatur corporate ataupun amal usaha masjid. Kenapa tidak?

Jika masjid melakukan 3 fungsi diatas, maka secara cepat kita akan meningkatkan kualitas pendidikan ummat, kualitas ekonomi ummat dan kualitas sosial ummat.

Ummat Islam yang 225 juta ini akan ter urus baik melalui kehadiran masjid-masjidnya yang menjadi simpul layanan sosial.

Pada keadaan yang cukup gelap, maka Saya menyebut masjid sebagai 800.000 titik cahaya.

Teranglah wahai bangsa ku.... nyalakan cahayamu...

**

Thursday, April 05, 2018

Indahnya Wakaf...

KISAH INSPIRATIF DARI HJ. ISMAIL
Saya perjalanan dari Gontor ke Batang, mampir Solo untuk makan siang bersama KH. Ahmad Jameel, Pimpinan PPPA Darul Quran dan Kiai Bisri, Pimpinan Tazakka Batang, Ustadz Faiz dan Ustadz Affandi. Kiai Jameel mengajak makan di rumah makan "ibunya", saya kaget karena setahu saya beliau dari Banten.
Ternyata, rumah makan yang dimaksud Kiai Jameel adalah RM. Taman Sari, Jln. Adisucipto, Colomadu, Solo, milik Hj. Ismail (73 tahun), ibu yang dimaksud oleh Kiai Jameel.
Sembari makan, kami ditemani Pak Didin, salah seorang pembina di PP Darul Quran, Solo. Pak Didin bercerita ttg bagaimana kisah wakafnya Hj. Ismail. Kami semua menyimaknya, dan saya juga merinding mendengarnya. Benar-benar inspiratif dan amazing.
Singkat cerita, Daqu Solo dulu kecil, dan ingin mengontrak sebuah bangunan lagi karena sdh tidak bisa menampung santri, sembari berpikir bagaimana membebaskan tanah lagi utk perluasan dan membangun gedung di atasnya.
Singkat cerita, Hj. Ismail datang memberi cheque 100 juta, persis senilai untuk mengontrak sebuah bangunan yang akan dijadikan asrama. Tiga hari kemudian, beliau kembali lagi ke pondok, karena katanya hatinya tdk tenang memikirkan rencana pondok.
Akhirnya ia datang lagi, meminta kembali cheque yang 100 juta, dan menggantinya dengan 500 juta. Sampai di situ? Tidak. Sejak itu, tiga kali berturut-turut beliau mimpi didatangi suaminya yang telah wafat, dalam mimpinya itu suami berkata: "Bu, mbok aku dipikirkan di sini, anak-anak dibangunkan rumah, saya juga mbok ya dibangunkan rumah juga". Mimpi itu berulang kali, akhirnya minta nasehat ke Ustadz Yusuf Mansur dan dikatakan bahwa itu bisa jadi isyarat untuk membangunkan rumah di surga bagi suaminya. Artinya apa? Wakaf!
Maka, datanglah lagi ke pondok dan minta proposal gedung yang akan dibangun utk asrama santri itu. Ternyata nilainya miliaran rupiah. Dan sang ibu menyanggupinya. Allahu Akbar!
Di sisi lain, ada orang yang akan mewakafkan tanahnya di Jkt tapi lama belum laku-laku, padahal uang hasil jual tanah itu akan diwakafkan utk membebaskan tanah yang di Solo. Suatu ketika, sang wakif akan umrah, sebelumnya telpon ke Pak Didin, mau minta didoakan apa? Pak Didin menjawab: Mohon didoakan agar tanah Bapak segera laku supaya segera dapat membebaskan tanah yang di sini karena sang ibu sudah siap akan membangunkan gedungnya.
Apa yang terjadi? Sepulang umrah, dalam pesawat dari Jakarta ke Solo, bapak yang wakaf tadi duduk berdampingan dengan seorang pengusaha kaya, dan entah kenapa, berceritalah tentang 'kegalauan' mengenai tanahnya yang belum laku.
"Mau dijual berapa?" tanya bapak pengusaha yang duduk disampingnya.
"2 miliar saja" jawabnya singkat. Subhanallah, tanpa menawar, dan tidak kenal sebelumnya, tiba-tiba deal begitu saja.
Karena niat awalnya adalah akan dibagi ke beberapa lembaga, maka uang 2 miliar itu: 1 miliar diserahkan kepada Daqu Solo dan yang 1 miliar lagi dibagi habis ke beberapa masjid di jakarta.
Singkat cerita, uang untuk tanah sudah ada 1 miliar. Padahal, harga tanahnya 1,6 miliar. Berarti kurang 600 juta lagi. Kembali Allah kirim pertolongan-Nya, sang ibu menelpon salah satu putranya dan memerintahkannya untuk menutup semua kekurangan pembebasan tanah senilai 600 juta itu. Maka, hari itu juga, persoalan tanah selesai! Segeralah dibangun gedung 5 lantai wakaf dari ibu.
Ada kisah menarik lain lagi. Perlu saya ceritakan di sini. Suatu ketika, di rumah makan ada 3 bus rombongan pariwisata mampir makan di situ. Tiba-tiba satu bus rusak dan harus turun mesin, sehingga supir, kenek dan beberapa orang mekanik harus menginap di situ beberapa hari untuk betulkan mesinnya.
Sang ibu bilang pada supir, "Coba telponkan bosmu saya mau bicara". Maka, disambungkanlah pada bos mereka melalui saluran telepon. Kira-kira begini yang dikatakan ibu kepada bos pemilik bus itu.
"Ini supir, kenek dan karyawanmu beberapa hari di sini tidak usah dipikirkan, dan jangan dimarahi, biar saya yang nanggung semuanya makan, minum, nginap dan uang hariannya, dan kalau pun ada kerugian jangan dibebankan ke mereka, saya yang nanggung."
Mendengar hal itu, sang supir menangis karena haru atas kebaikan sang ibu. Bos pemilik bus pun kebingungan, kok ada ya orang sebaik ini, padahal tidak kenal.
Sejak saat itu, berita segera menyebar di kalangan supir-supir bus pariwisata, rupanya supir tadi mengisahkannya kepada kawan-kawan sejawatnya. Maka, hingga hari ini rumah makan Taman Sari ramai dikunjungi bus-bus pariwisata.
Bukan cuma itu, ibu juga menanggung biaya makan para santri yang sedang belajar di pondok solo tadi.
Saat ini di belakang rumah makan, selain parkiran yang luas layaknya terminal bus, ibu juga sedang membangun masjid dan gedung pertemuan. SubhanalLaah, masjidnya keren banget, besar mirip masjid raya dan ada liftnya. InsyaAllah sebelum Ramadhan ini katanya akan jadi. Amiiin ya Rabb.
Kami diajak Kiai Jameel dan Pak Didin silaturahim di ruangannya di samping dapur rumah makan tersebut. Subhanallah, sederhana sekali, ruangan hanya berukuran sekitar 5 x 7, ada dipan buat istirahat, kursi buat nerima tamu, dan sebidang tempat untuk shalat.
Ibu menerima kami dengan wajah bersinar dan teduh, lembut dan penyayang. Kami, dibawakan makanan untuk makan malam di jalan.
Saya sampaikan kepada beliau: "Ibu, berbahagialah karena apa yang ibu lakukan sudah benar, jadi untuk ibu ini tidak lagi berlaku pepatah hemat pangkal kaya, tetapi ibu sudah mempraktekkan pepatah: bloboh pangkal kaya.  (bloboh dalam bahasa jawa artinya gemar memberi, dermawan)."
Kepada Pak Didin saya sampaikan:
"Inilah potret muslim yang benar, wakaf menjadi gaya hidup, life style. Setiap orang berusaha menjadi kaya, tetapi endingnya adalah untuk bisa berwakaf. Saya mau jadi orang kaya supaya bisa banyak wakaf, bukan saya mau jadi orang kaya supaya bisa beli ini itu, atau supaya bisa pergi ke sana sini, dsb."
"Kalau saya punya uang 1000 lalu saya wakafkan 200, maka logika umum akan mengatakan bahwa saya mencintai yang 800 karena yang 800 tetap saya genggam. Menurut saya itu keliru, hakekatnya yang saya cintai adalah yang 200 yang sudah saya wakafkan, karena yang 200 itulah yang abadi dan benar-benar milik saya, karena yang 200 itulah yang akan menemani saya di alam kubur, di hari perhitungan, dan yang dapat mengantarkan saya ke surga bahkan dengan 200 itulah saya telah membeli rumah masa depan di surga".
Wakaf memang amazing! Menakjubkan! Semoga wakaf benar-benar bisa menjadi gaya hidup masyarakat muslim. Ushiikum wa iyyaya (aku nasehatkan pada kalian semua dan juga pada diri saya sendiri).


@anang-rikza-masyhadi
Solo, 16 Rajab 1439
2 April 2018

Wednesday, April 04, 2018

10 Alasan Menghafal Tak Hafal-Hafal Tetap Menyenangkan

1. Satu huruf Al-Qur'an satu kebaikan, dan satu kebaikan 10 pahala. Bagi yang kesulitan melafalkan, satu hurufnya dua kebaikan. Berarti setiap hurufnya 20 pahala. Semakin sulit semakin banyak. Kalikan dengan jumlah pengulangan Anda.
2. Al-Qur'an, seluruhnya, adalah kebaikan. Menghafal tak hafal-hafal berarti Anda berlama-lama dalam kebaikan. Semakin lama semakin baik. Bukankah Anda menghafal untuk mencari kebaikan.
3. Ketika Anda menghafal Al-Qur'an, berarti Anda sudah punya niat yang kuat. Rasulullah saw menyebut 70 syuhada dalam tragedi sumur Ma'unah sebagai qari (hafizh), padahal hafalan mereka belum semua. Ini karena seandainya mereka masih hidup, mereka akan terus menghafal. Jadi, meski Anda menghafal tak hafal-hafal, Anda adalah hafizh selama tak berhenti menghafal. Bukankah hafizh yang sebenarnya di akhirat?
4. Menghafal Al-Qur'an ibarat masuk ke sebuah taman yang indah. Mestinya Anda betah, bukan ingin buru-buru keluar. Menghafal tak hafal-hafal adalah cara Allah memuaskan Anda menikmati taman itu. Tersenyumlah.
5. Ketika Anda menghafal Al-Quran, meski tak hafal-hafal, maka dapat dipastikan, paling tidak, selama menghafal, mata Anda, telinga Anda, dan lisan Anda tidak sedang melakukan maksiat. Semakin lama durasinya, semakin bersih.
6. Memegang mushaf adalah kemuliaan, dan melihatnya adalah kesejukan. Anda sudah mendapatkan hal itu saat menghafal kendati tak hafal-hafal.
7. Adakalanya kita banyak dosa. Baik yang terasa maupun tak terasa. Dan menghafal tak hafal-hafal adalah kifaratnya, di mana, barangkali, tidak ada kifarat lain kecuali itu.
8. Tak hafal-hafal adakalanya karena Allah sangat cinta kepada kita. Allah tak memberikan ayat-ayat-Nya sampai kita benar-benar layak dicintai-Nya. Jika kita tidak senang dengan keadaan seperti ini, maka kepada siapa sebenarnya selama ini kita mencintai. Ini yang disebut: Dikengenin ayat.
9. Menghafal tak hafal-hafal tentu melelahkan. Inilah lelah yang memuaskan, karena setiap lelahnya dicatat sebagai amal sholeh. Semakin lelah semakin sholeh.
10. Menghafal tak hafal-hafal, tandanya Anda di pintu hidayah. Berat tandanya jauh dari nafsu. Jauh dari nafsu tandanya dekat dengan ikhlas. Dan ikhlas lahirkan mujahadah yang hebat.
Tulisan ini dari K.H. Deden M. Makhyaruddin, M.A. (Dewan Penasihat Indonesia Quran Foundation).

Monday, March 26, 2018

Resep 99

Fabiayyi ala i rabbikuma tukadziban"
Maka ni’mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Qs. Ar Rahman)
Dikisahkan ada seorang Raja yg sedang termenung melihat taman didepan istananya. Ia gelisah karena tak pernah merasakan ketenangan & sulit sekali menemukan kebahagiaan.
Kesehatannya mulai menurun karena ia mulai susah tidur karena banyaknya pikiran yg mengganggu. Padahal selama ini ia tidur didalam kamar yg mewah & kasur yg empuk.
Ditengah lamunannya, sang raja melihat seorang tukang kebun yg sedang bekerja sambil tertawa. Setiap hari ia datang dgn senyuman & pulang dgn keceriaan. Padahal gajinya sangat pas-pasan & rumahnya begitu sederhana.
Tak pernah tampak kesedihan di wajahnya. Saat dia pulang keluarganya telah menunggu dgn hidangan makan yg seadanya & keluarga kecil ini pun makan dengan bahagia.
Raja pun heran melihat orang ini. Ia memanggil penasihatnya & bertanya, “Hai penasihatku, telah lama aku hidup ditengah kegelisahan padahal aku memiliki segalanya. Tapi aku sungguh heran melihat tukang kebun itu. Tak pernah tampak kesedihan di wajahnya, kadang2 ia tertidur di bawah rindangnya pohon, seperti tak ada beban dlm hidupnya, padahal ia tidak memiliki apa2 !”
Si penasihat tersenyum & berkata, “Semuanya ditentukan dgn resep 99. Bila tukang kebun itu terkena resep ini, maka hidupnya akan gelisah & ia tidak akan bisa tidur.”
“Apa yg kau maksud dgn resep 99?” tanya raja.
“Besok malam perintahkan prajurit untuk mengantarkan hadiah kepadanya. Sediakan satu kotak uang & tulislah 100 Dinar. Namun isi lah kotak itu dgn 99 dinar saja.”
Raja pun menuruti saran dari penasihatnya. Ketika hari mulai gelap, prajurit mengetuk pintu rumah tukang kebun ini dgn membawa hadiah.
Si tukang kebun membuka pintu rumahnya & terkejut melihat prajurit membawa kotak hadiah.
“Ini hadiah dari raja untukmu.” kata si prajurit.
“Ya, sampaikan terima kasihku kepada raja.” jawab tukang kebun sambil kegirangan melihat kotak dgn tulisan 100 dinar. Belum pernah ia memiliki uang sebanyak itu.
Ia segera membawa masuk kotak itu & menghitungnya bersama keluarga. Namun anehnya, jumlah uang di dlm kotak itu hanya 99 dinar. Dia pun menghitung ulang lagi, tapi tetap jumlahnya 99.
Dia yakin, pasti ada uang yg jatuh. Dia mencari-cari di sekitar pintu, tapi tak menemukan apa2. Akhirnya dia mencoba untuk menelusuri sepanjang jalan menuju istana. Semalaman ia mencari tapi tetap tidak menemukan apa2.
Matahari mulai terbit, raja beserta penasihatnya menanti tukang kebun ini. Tak berapa lama dia datang dgn wajah yg masam & merengut. Raja pun kaget & bertanya pada penasihatnya, “Apa yg terjadi? Tak biasanya ia datang dgn wajah seperti ini !”
Penasihat raja menjawab, “Duhai raja, begitulah kehidupan. Kita memiliki banyak hal namun kita mencari yg tidak kita miliki. Orang ini mendapatkan 99 dinar secara cuma2 namun ia sibuk mencari 1 dinar yg hilang.”
Munculnya kegelisahan hati karena kita mencari sesuatu yg tidak kita miliki, sementara kita tidak pernah mensyukuri banyaknya anugerah yg kita punya.
Kisah ini memberi pelajaran yg sangat berharga bahwa nikmat Allah telah dicurahkan begitu banyak kepada kita, namun kita sibuk menanti sesuatu yg belum datang."
Allah swt berfirman,
وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً

“Dan menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir & batin.” (QS.Luqman:20)
Bila kita selalu sibuk mencari sesuatu yg tidak kita miliki, maka kita tidak akan punya waktu untuk menikmati kenikmatan yg sudah kita miliki.

*Ya Allah.....
Jadikan kami hamba yang pandai bersyukur 🙏🏻*