Wednesday, August 30, 2017

ASI itu rezeki dan haknya bayi. Jangan rampas hak mereka

ASI pun kaya manfaat yang sulit ditandingi oleh susu formula. Contohnya, ASI bisa mengurangi tingkah brutal pada anak. Sebab dalam ASI terdapat sejenis mineral (mangan) yang mempengaruhi agresivitas makhluk hidup.

Ada pula kolostrum yang merupakan cairan yang berwarna kekuning-kuningan dalam ASI. Biasanya kolostrum akan diproduksi secara alami di dalam tubuh pada hari ke 1 hingga hari ke 3. Kolostrum sendiri sarat protein yang berfungsi untuk membentuk antibodi guna melawan penyakit.

Inilah manfaat-manfaat ASI. Meningkatkan kekebalan anak, kecerdasan anak, hubungan emosi ibu-anak, dan masih banyak lagi.

Lantas, apa pendapat ulama? Sebagian besar ulama mengharamkan ibu-ibu yang SENGAJA tidak menyusui anak-anaknya. Jelas, ASI itu rezeki dan haknya bayi (selama 2 tahun). Sengaja tidak menyusui adalah tindakan yang zalim. Teramat zalim.

Apa dasarnya?

"Aku melihat beberapa wanita yang payudaranya dicabik-cabik ular yang ganas. Aku bertanya: ‘Kenapa mereka?’ Malaikat menjawab: ‘Mereka adalah para wanita yang tidak mau menyusui anak-anaknya (tanpa alasan syar’i)’.” HR Ibnu Hibban, shahih 7491.

Kalaupun tidak mungkin menyusui karena sakit dll, carilah ibu pesusuan. Kalaupun ibu pesusuan tidak ada, carilah donor ASI. Tetap ASI juga. Bukan susu formula (sufor).

Saking pentingnya ASI, Al-Quran sampai mengingatkan berkali-kali. Beranikah kita membantahnya?

"Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama 2 tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan," (QS 2: 233).

"... Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam 2 tahun," (QS 31: 14).

“Jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang layak…” (QS 2: 233).

“Jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya…” (QS 65: 6).

Coba pikirkan, bila ASI tidak penting, buat apa Al-Quran sampai mengingatkan berkali-kali? Ada hadis-hadisnya pula. Masih berani membantah?

Kalau ASI tidak keluar, yah diterapi. Rumusnya 3T, yaitu Tenang, Tekun, Terapi. Kemungkinan besar, ASI pasti keluar (kembali). Kalaupun tak keluar, cari donor ASI. Sekali lagi, bukan sufor. Al-Quran sangat menganjurkan si anak beroleh haknya berupa ASI selama 2 tahun.

Mencari ibu pesusuan atau donor ASI semudah googling. Kami (saya dan istri) pernah melakukannya. 2X dan gratis. Berhentilah mendongeng bahwa donor ASI itu sulit dicari. Anda sudah nyoba? Seserius apa nyoba-nya?

ASI ribuan kali lebih baik daripada susu formula (sufor). Bahkan tak tertandingi. Jangan zalim terhadap bayi. Bukankah Anda ingin memberikan yang terbaik buat anak, terutama bayi?

"Adanya donor ASI membuat masyarakat semakin sadar bahwa jika terjadi hambatan dalam memproduksi ASI jangan beralih ke susu formula. Bisa meminta tolong donor ASI," ini penjelasan dari Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI).

"Carilah donor ASI dari yang orang-orang terdekat yang sudah diketahui bagaimana riwayat kesehatannya. Mulai dari lingkaran pertama keluarga dahulu seperti kakak, adek. Jika tidak ada, baru cari yang agak luas."

Perlu juga dicatat nama ibu yang mendonor ASI itu. Karena sudah menjadi keluarga. Istilahnya, ibu pesusuan. Demikian pula anak-anak dari ibu yang mendonor ASI tersebut.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Surya Chandra Surapaty mengatakan ASI menjadi asupan gizi terbaik untuk bayi yang hingga kini, belum ada tandingannya.

Ujar guru saya, "Kambing aja nggak mau nyusu sama sapi." Hehehe.

Pada akhirnya, ASI itu rezeki dan haknya bayi. Jangan rampas hak mereka. (Ippho Santosa)

Friday, August 25, 2017

Semua PETINJU profesional memiliki PELATIH

Semua PETINJU profesional memiliki PELATIH.
Bahkan, petinju LEGENDARIS sehebat MOH ALI sekalipun memiliki PELATIH.
Yaitu ANGELO DUNDEE yg membantu ALI menjadi JUARA dunia 3 kali.

Padahal jika mereka BERDUA disuruh  BERTANDING sangat JELAS Angelo Dundee tidak akan pernah MENANG.

Mungkin kita ber-tanya², mengapa MOH ALI butuh PELATIH kalau JELAS dia pasti MENANG melawan pelatihnya ?

KETAHUILAH...
Bahwa MOH ALI butuh PELATIH bukan karena pelatihnya lebih HEBAT tapi karena ia membutuhkan seorang untuk MELIHAT hal² yang "TIDAK DAPAT DIA LIHAT SENDIRI"

Hal yang TIDAK dapat kita LIHAT dgn MATA sendiri itu yang disebut : "BLIND SPOT" atau "TITIK BUTA".

Kita hanya bisa melihat "BLIND SPOT" dgn bantuan orang LAIN.

Dalam HIDUP kita BUTUH seseorang untuk MENGAWAL kehidupan kita, SEKALIGUS untuk MENGINGATKAN kita seandainya PRIORITAS hidup kita mulai BERGESER.

Kita butuh orang lain YANG :
×. MENASIHAT
×. MENGINGATKAN
×. MENEGUR

Jika kita MULAI melakukan SESUATU hal yang KELIRU yang MUNGKIN tidak kita SADARI.

Kita butuh KERENDAHAN HATI untuk :
×. Menerima KRITIKAN
×. Menerima NASEHAT
×. Menerima TEGURAN

Itulah yang justru menyelamatkan kita.

Kita bukan manusia SEMPURNA.
Jadi, biarkan orang lain menJadi "MATA" kita di area 'BLIND SPOT' kita, sehingga kita bisa MELIHAT apa yang tidak BISA kita LIHAT dengan 'PANDANGAN' kita SENDIRI.

Mari kita saling nasehat- menasehati dalam *KEBAIKAN & KESABARAN.... 👍👍👍

Friday, August 11, 2017

Tidak Ada Orang yang Tidak Memiliki Kompetensi

Di suatu sekolah, ada seorang guru yang selalu tulus mengajar dan selalu berusaha dengan  sungguh-sungguh membuat suasana kelas yang baik untuk murid-muridnya.

Ketika guru itu menjadi wali kelas 5, seorang anak–salah satu murid di kelasnya– selalu berpakaian kotor dan acak-acakan. Anak ini malas, sering terlambat dan selalu mengantuk di kelas. Ketika semua murid yang lain mengacungkan tangan untuk menjawab kuis atau mengeluarkan pendapat, anak ini tak pernah sekalipun mengacungkan tangannya.

Guru itu mencoba berusaha, tapi ternyata tak pernah bisa menyukai anak ini. Dan entah sejak kapan, guru itu pun menjadi benci dan antipati terhadap anak ini. Di raport tengah semester, guru itu pun menulis apa adanya mengenai keburukan anak ini.

Suatu hari, tanpa disengaja, guru itu melihat catatan raport anak ini pada saat kelas 1. Di sana tertulis: “Ceria, menyukai teman-temannya, ramah, bisa mengikuti pelajaran dengan baik, masa depannya penuh harapan,”

“..Ini pasti salah, ini pasti catatan raport anak lain….,” pikir guru itu sambil melanjutkan melihat catatan berikutnya raport anak ini.

Di catatan raport kelas 2 tertulis, “Kadang-kadang terlambat karena harus merawat ibunya yang sakit-sakitan,”

Di kelas 3 semester awal, “Sakit ibunya nampaknya semakin parah, mungkin terlalu letih merawat, jadi sering mengantuk di kelas,”

Di kelas 3 semester akhir, “Ibunya meninggal, anak ini sangat sedih terpukul dan kehilangan harapan,”

Di catatan raport kelas 4 tertulis, “Ayahnya seperti kehilangan semangat hidup, kadang-kadang melakukan tindakan kekerasan kepada anak ini,”

Terhentak guru itu oleh rasa pilu yang tiba-tiba menyesakkan dada. Dan tanpa disadari diapun meneteskan air mata, dia mencap memberi label anak ini sebagai pemalas, padahal si anak tengah berjuang bertahan dari nestapa yang begitu dalam…
Terbukalah mata dan hati guru itu. Selesai jam sekolah, guru itu menyapa si anak:
“Bu guru kerja sampai sore di sekolah, bagaimana kalau kamu juga belajar mengejar ketinggalan, kalau ada yang gak ngerti nanti Ibu ajarin,”

Untuk pertama kalinya si anak memberikan senyum di wajahnya.

Sejak saat itu, si anak belajar dengan sungguh-sungguh, prepare dan review dia lakukan di bangkunya di kelasnya.

Guru itu merasakan kebahagian yang tak terkira ketika si anak untuk pertama kalinya mengacungkan tanganya di kelas. Kepercayaan diri si anak kini mulai tumbuh lagi.

Di Kelas 6, guru itu tidak menjadi wali kelas si anak.

Ketika kelulusan tiba, guru itu mendapat selembar kartu dari si anak, di sana tertulis. “Bu guru baik sekali seperti Bunda, Bu guru adalah guru terbaik yang pernah aku temui.”

Enam tahun kemudian, kembali guru itu mendapat sebuah kartu pos dari si anak. Di sana tertulis, “Besok hari kelulusan SMA, Saya sangat bahagia mendapat wali kelas seperti Bu Guru waktu kelas 5. Karena Bu Guru lah, saya bisa kembali belajar dan bersyukur saya mendapat beasiswa sekarang untuk melanjutkan sekolah ke kedokteran.”

Sepuluh tahun berlalu, kembali guru itu mendapatkan sebuah kartu. Di sana tertulis, “Saya menjadi dokter yang mengerti rasa syukur dan mengerti rasa sakit. Saya mengerti rasa syukur karena bertemu dengan Ibu guru dan saya mengerti rasa sakit karena saya pernah dipukul ayah,”

Kartu pos itu diakhiri dengan kalimat, “Saya selalu ingat Ibu guru saya waktu kelas 5. Bu guru seperti dikirim Tuhan untuk menyelamatkan saya ketika saya sedang jatuh waktu itu. Saya sekarang sudah dewasa dan bersyukur bisa sampai menjadi seorang dokter. Tetapi guru terbaik saya adalah guru wali kelas ketika saya kelas 5.

Setahun kemudian, yang datang adalah surat undangan, di sana tertulis satu baris,

“Mohon duduk di kursi Bunda di pernikahan saya,”

Guru pun tak kuasa menahan tangis haru dan bahagia
-------'----

Kalau hati bapak ibu  bergetar membaca cerita ini, boleh bapak ibu share ke semua orang terutama kepada guru /pendidik....karena keikhlasan mampu menggetarkan dunia.........................