Wednesday, December 30, 2015

Kenapa Lulusan SMP Bisa Lebih Sukses dan Lebih Makmur dibanding Lulusan S1 dan S2?

Ada anak ndeso lulusan SMP bernama Darmanto, yang kini jadi national internet expert dan berkantor dari rumahnya di desa Kranggil, Pemalang. Yang kedua, Afidz, lulusan SMP yang jadi juragan soto Lamongan dan bertekad segera mengumrohkan orang tuanya ke tanah suci.

Di sisi lain, kita acap melihat anak muda lulusan S1 bahkan S2 yang masih menganggur. Atau juga sudah bekerja namun dengan penghasilan pas-pasan. Bulan masih tanggal 9, gaji sudah habis. Pening deh kepala.

Pertanyaannya : kenapa bisa begitu? Kenapa anak lulusan SMP bisa lebih makmur dibanding lulusan S2? Sajian pagi ini akan menelisiknya dengan gurih dan merenyahkan.

Memang tak jarang kita melihat pemandangan yang paradoksal seperti itu : saat orang-orang yang hanya lulusan SMP bisa begitu sukses, sementara ribuan sarjana S1 dan bahkan S2 mengeluhkan tentang penghasilannya yang katanya tidak mencukupi. Ketika saudaranya yang masih dalam lingkup satu institusi dinaikkan sementara saudara lainnya tidak naik. Gelombang protes muncul dimana-mana. Muncul istilah-istilah yang terkadang membuat kening ini berkerenyut. Anak Tiri, Bawang Merah – Bawang Putih atau istilah lainnya yang membuat kita tersenyum sendiri.

Setidaknya ada tiga elemen kunci yang barangkali bisa menjelaskan ironi getir semacam itu. Yaitu : The Power of Kepepet , The Darkness of Gengsi dan The Magic of Street Smart.

Faktor # 1 : The Power of Kepepet.

Mungkin orang-orang lulusan SMP itu bisa sangat sukses karena faktor kepepet. Justru karena kepepet, mereka sukses. Justru karena kepepet, mereka dipaksa melakukan something yang membuat mereka bisa melenting.

Sederhana saja, ijasah mereka hanyalah lulusan SMP.  Dengan ijasah SMP, perkerjaan bagus apa yang bisa diharapkan? Tak ada pilihan lain : jika mereka ingin mengubah nasib lebih makmur, pilihannya adalah melakukannya dengan jalan merintis usaha sendiri.

Mereka dipepet oleh keadaan : mau hidup miskin selamanya (karena sulit dapat kerja dengan hanya
mengandalkan ijasah SMP) atau nekad membangun usaha sendiri yang berpotensi sukses besar.

Orang dengan ijasah S1 dan S2 mungkin tidak punya faktor kepepet seperti itu : ah, santai saja toh nanti saya pasti dapat pekerjaan. Dan begitu sudah dapat pekerjaan (meski dengan gaji seadanya), tetap tidak ada “faktor yang me-mepet-kan” dirinya : ah meski gaji segini kan saya bisa tetap hidup oke.

Pelan-pelan, perasaan semacam itu membuatnya masuk ZONA NYAMAN (COMFORT ZONE). Dan persis disitu, faktor kepepet menjadi mati. Itulah sebabnya tidak banyak PNS yang berani Resign untuk mengambil keputusan besar meraih kesuksesan YANG LEBIH BESAR. Karena COMFORT ZONE telah merasuk kedalam jiwa dan sanubarinya yang paling dalam. Jadi PNS saja sudah alhamdulillah. Gak usah neko-neko. Nggolek dunyo gak ono entek e. Nek metu juga durung karuan. Nek gak nduwe duit yo nyilih koperasi sih entuk. Bank-bank juga gelem karo SK PNS kok. He he he he... Hidup itu pilihan. Itulah bahasa penolakan yang sering kita dengar.

Padahal seperti yang kita lihat, faktor kepepet justru yang bisa memaksa orang – bahkan lulusan SMP sekalipun –untuk melakukan something extraordinary. Kepepet karena tidak banyak pilihan mungkin bukan kutukan. Ia justru berkah terselubung yang bisa membuat orang menapak jalan kesuksesan.

Faktor # 2 : The Darkness of Gengsi.

Orang-orang lulusan SMP mungkin tidak lagi punya gengsi. Lah cuman lulusan SMP, apa lagi yang mau dipamerkan. Namun justru karena itu mereka tidak merasa rikuh untuk memulai usaha dari bawah sebawah-bawahnya : mulai dari pemulung misalnya, sebelum pelan-pelan merangkak menjadi juragan barang bekas.

Dan kisah orang sukses lulusan SMP banyak bermula dari jalur marginal seperti itu : mulai dari jualan gerobak bakso keliling di jalanan yang berdebu hingga punya 70 cabang. Mulai dari kuli keceh sablon hingga punya pabrik kaos sendiri.

Lulusan S1 dan S2 mungkin tidak punya keberanian seperti itu. Lah saya kan lulusan S2, masak suruh dorong gerobak soto lamongan. Lah, masak saya harus keliling kepasar-pasar
jualan kaos, kan saya sudah sekolah S1 susah-susah, bayarnya mahal lagi. Apa kata dunia?? (Dunia ndasmu le).

Dan persis mentalitas gengsi seperti itu yang barangkali membuat banyak lulusan S1 dan S2 menjadi yah, gitu-gitu deh nasib hidupnya.

Orang lulusan SMP tidak punya mentalitas gengsi seperti itu. Mereka mau berkeringat di jalanan yang panas dan berdebu, demi merintis impiannya menjadi juragan yang makmur dan kaya.

Faktor # 3 : The Magic of Street Smart.

Orang-orang lulusan SMP yang tak punya kemewahan berupa ijasah perguruan tinggi itu, mungkin dipaksa belajar dari kerasnya kehidupan di jalanan. Dari kerja keras mereka di jalanan yang panas dan berdebu dan penuh lika-liku. Dan dari kerja keras di jalanan yang berdebu itu mungkin anak lulusan SMP tadi justru bisa mengenal “ilmu street smart” – KECERDASAN JALANAN yang tak akan pernah bisa diperoleh oleh para lulusan S1 dan bahkan S2 dari ruang kuliah yang acap “berjarak dengan realitas”.

Street smart yang mereka dapatkan dari jalanan itu pelan-pelan kemudian bisa membuat mereka benar-benar lebih cerdas dibanding lulusan S1 dan bahkan S1; meski Cuma lulusan SMP.

Anak lulusan SMP yang langsung berjualan gerobak soto Lamongan mungkin bisa lebih cerdas tentang “ilmu pemasaran dan manajemen pelayanan pelanggan” dibanding anak-anak lulusan S1 yang sok belajar teori tentang customer service atau branding strategy (sic!).

Street smart barangkali yang ikut menjelmakan orang-orang lulusan SMP untuk merajut jalan hidup sukses yang penuh kemakmuran.

Demikianlah, tiga elemen kunci yang boleh jadi merupakan pemicu kenapa lulusan SMP bisa lebih sukses dibanding lulusan S1 dan S2 :

The Power of kepepet,
The Darkness of gengsi, dan
The Magic of street smart.

Redefine your future life. Renovate your future destiny.
Selamat Pagi.
Selamat Beraktivitas.
Semoga Segala Aktivitas kita hari ini bernilai ibadah di sisi-Nya. Aamiin.

#penulis: dwiprahoroirianto

Monday, December 28, 2015

"SALMON DAN HIU"



Pada menu ikan masakan Jepang, ikan salmon akan lebih enak untuk dinikmati jika ikan tsb masih dalam keadaan hidup, saat hendak diolah untuk disajikan. Jauh lebih nikmat dibandingkan dgn ikan salmon yg sudah diawetkan dgn es.



Itu sebabnya para nelayan Jepang selalu memasukkan salmon tangkapannya ke suatu kolam buatan agar dlm perjalanan menuju daratan salmon² tsb tetap hidup.



Meski demikian pada kenyataannya banyak salmon yg mati di dalam kolam buatan tsb. Bagaimana cara mereka (nelayan Jepang) menyiasatinya?

Para nelayan itu memasukkan seekor hiu kecil di dalam kolam tsb.



Sungguh Ajaib..! Hiu kecil tsb "memaksa" salmon² itu terus bergerak agar jangan sampai dimangsa si hiu kecil tsb.



Akibatnya banyak ikan salmon yg tetap hidup & jumlah salmon yg mati justru menjadi sangat sedikit..!



Diam membuat kita Mati...!

Bergerak membuat kita Hidup...!

Lalu, Apa yg membuat kita Diam?



Saat tidak ada masalah dlm hidup dan saat kita berada dlm zona nyaman.



Situasi seperti ini kerap membuat kita terlena.

Begitu terlenanya sehingga kita tdk sadar bahwa kita telah mati..!



Dan..., Apa yg membuat kita bergerak..?

Masalah..., sekali lagi..., Masalah....!

Tekanan Hidup.., dan Tekanan Kerja...



Saat masalah datang, secara otomatis naluri kita membuat kita bergerak aktif dan berusaha mengatasi semua pergumulan hidup itu...



Tidak hanya itu, kita menjadi kreatif, dan potensi diri kitapun menjadi berkembang luar biasa...



Jangan lupa...,

bahwa kita akan bisa belajar banyak dlm hidup ini bukan pada saat keadaan nyaman, tapi justru pada saat kita menghadapi badai hidup...



Itu sebabnya syukurilah kehadiran "hiu kecil" yg terus memaksa kita utk bergerak dan tetap survive *dan menyerahkannya pada Tuhan.

NEVER GIVE UP!!! Tetap semangat...

Semoga bermanfaat...



Mudah mudahan ini bisa menjadi pengingat untuk kita semua ...

Sunday, December 27, 2015

Taujih Dr. Salim Segaf Al Jufri



Memaknai Arti Berkah.



Barokah atau berkah adalah kondisi yang diinginkan oleh hampir semua hamba yang beriman, karenanya orang akan mendapat limpahan kebaikan dalam hidup.



Barokah bukanlah serba cukup dan mencukupi saja, akan tetapi barokah ialah bertambahnya ketaatanmu kepada الله dengan segala keadaan yang ada, baik berlimpah atau sebaliknya.



Barokah itu: "...albarokatu tuziidukum fii thoah." Barokah itu menambah taatmu kepada الله.



Hidup yang barokah bukan hanya sehat, tapi kadang sakit itu justru barokah sebagaimana Nabi Ayyub عليه السلام, sakitnya menambah taatnya kepada الله.



Barokah itu tak selalu panjang umur, ada yang umurnya pendek tapi dahsyat taatnya layaknya Musab ibn Umair.



Tanah yang barokah itu bukan karena subur dan panoramanya indah, karena tanah yang tandus seperti Makkah punya keutamaan di hadapan الله ...tiada banding....tiada tara.



Makanan barokah itu bukan yang komposisi gizinya lengkap, tapi makanan itu mampu mendorong pemakannya menjadi lebih taat setelah makan.



Ilmu yang barokah itu bukan yang banyak riwayat dan catatan kakinya, akan tetapi yang barokah ialah yang mampu menjadikan seorang meneteskan keringat dan darahnya dalam beramal & berjuang untuk agama الله.



Penghasilan barokah juga bukan gaji yg besar dan berlimpah, tetapi sejauh mana ia bisa jadi jalan rejeki bagi yang lainnya dan semakin banyak orang yang terbantu dengan penghasilan tersebut.



Anak² yang barokah bukanlah saat kecil mereka lucu dan imut atau setelah dewasa mereka sukses bergelar & mempunyai pekerjaan & jabatan hebat, tetapi anak yang barokah ialah yang senantiasa taat kepada Rabb-Nya dan kelak di antara mereka ada yang lebih shalih & tak henti²nya mendo'akan kedua Orangtuanya.



Semoga segala aktifitas kita hari ini barokah.

.

بَارَكَ اللهُ فِيْك



"Barang siapa yg mengajarkan satu ilmu dan orang tersebut mengamalkannya maka pahala bagi orang yang memberikan ilmu tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang mengamalkan ilmu tersebut.

Tuesday, December 01, 2015

FAKTA TENTANG GAZA PALESTINA

1). Ternyata warga negara asing
yg disegani olh warga disana
adalah warga negara Indonesia !
Selain karena INA adalah
negara dg jumlah penduduk
muslim terbesar di dunia (semoga
warga Palestina tdk mengetahui
kondisi keIslaman Indonesia
supaya tdk kecewa :-P ), juga
karena Indonesia selalu
memberikan dukungan moriil
dibandingkan dg negara lain,
baik negara di Timur Tengah lain
sekalipun. Tapi skg sudah mulai sedikit demi sedikit ada perubahan Alhamdulillah...

2). Walaupun tinggal di area
konflik, anak-anak di Gaza tidak
ada yang trauma sedikitpun.
Wajah mereka selalu riang &
ceria!.

3). Ternyata rata-rata pendidikan
minimal warga sana adalah S2 !.

4). Saat mengunjungi panti org
cacat, disana juga para
penghuninya juga tdk ada yang
murung. Semuanya menampakkan
wajah ceria! Yg mereka yakini
adalah bagian tubuh mereka yg
tidak ada telah mendahului mereka
ke Surga.

5). Rata2 masyarakatnya
hafidz 30 juz. Kalau di Indonesia ??? Yukk Semangat Belajar Qur'an...

6). Rata-rata ibu-ibu disana tdk
tidur sebelum membaca 3 juz al
Qur’an!.

7). Saat komisi X DPR kesana tahun 2014,
mereka sempat mengunjungi
penjara hasil tawanan Israel. Dan
ternyata disana berisi ibu-ibu dan
anak Palestina yg dikurung
dengan dakwaan yg tdk jelas
alasannya. Dan hukuman untuk
mereka rata-rata tdk logis. 1000
tahun penjara! Sebegitu takutkah
Israel terhadap Palestina?

8). Setiap anak kecil yg ditanya,
mereka bercita2 mnjadi
pasukan Izzuddin Al Qasam &
syahid di jalan Allah

9). Angka kelahiran selalu sama
dg atau lebih besar dari
angka kematian. Setiap lahir hampit selalu Kembar kembar 5 , 7. Masya Allah...
Tanah yg takkan kekurangan Pejuang!

10). Sebagian dari warga dunia
mengira rakyat Palestina
memperjuangkan ‘tanah kelahiran
mereka’. Nyatanya jawaban
mereka adlh, ’ kami disini
memperjuangkan tanah yg
memang ditakdirkan untuk umat
Islam. Hnya saja karena kami
lah yg ditakdirkan untuk lahir
disini, makan kami lah
berkewajiban untk melindungi
tanah umat Islam ini’ .

11). Di sana tdk ada pupuk.
Namun ternyata semua hasil
pertaniannya adalah grade A.
Grade terbaik! Memang, tanah
akan kian subur dengan darah para Suhada