Friday, November 14, 2014

Kisah Secangkir Kopi...

Suatu hari di sebuah universitas terkenal. Sekelompok alumnus bertamu di rumah dosen senior, setelah bertahun-tahun mereka lulus. Setelah mereka semua menggapai kesuksesan, kedudukan yang tinggi serta kemapanan ekonomi dan sosial.

Setelah saling menyapa dan berbasa basi, masing-masing mereka mulai mengeluhkan pekerjaannya. Jadwal yang begitu padat, tugas yang menumpuk dan banyak beban lainnya yang seringkali membuat mereka stress.



Sejenak sang dosen masuk ke dalam. Beberapa saat kemudian, beliau keluar sambil membawa nampan di atasnya teko besar berisikan kopi dan berbagai jenis cangkir. Ada cangkir-cangkir keramik tiongkok yang mewah. Cangkir-cangkir kristal. Cangkir-cangkir melamin. Dan cangkir-cangkir plastik. Sebagian cangkir tersebut luar biasa indahnya. Ukirannya, warnanya dan harganya yang waahh. Namun ada juga cangkir plastik yang biasanya berada di rumah orang-orang yang amat miskin.



Sang dosen berkata, “Silahkan.. masing-masing menuangkan kopinya sendiri”.

Setelah setiap mahasiswa memegang cangkirnya, sang dosen berkata,

“Tidakkah kalian perhatikan bahwa hanya cangkir-cangkir mewah saja yang kalian pilih? Kalian enggan mengambil cangkir-cangkir yang biasa?



Manusiawi sebenarnya, saat masing-masing dari kalian berusaha mendapatkan yang paling istimewa. Namun seringkali itulah yang membuat kalian menjadi gelisah dan stress.

Sejatinya yang kalian butuhkan adalah kopi, bukan cangkirnya. Akan tetapi kalian tergiur dengan cangkir-cangkir yang mewah. Terus perhatikanlah, setelah masing-masing kalian memegang cangkir tersebut, kalian akan terus berusaha mencermati cangkir yang dipegang orang lain!.



Andaikan kehidupan adalah kopi, maka pekerjaan, harta dan kedudukan sosial adalah cangkir-cangkirnya. Jadi, hal-hal itu hanyalah perkakas yang membungkus kehidupan. Adapun kehidupan (kopi) itu sendiri, ya tetap itu-itu saja, tidak berubah.



Saat konsentrasi kita tersedot kepada cangkir, maka saat itu pula kita akan kehilangan kesempatan untuk menikmati kopi.



Karena itu kunasehatkan pada kalian, jangan terlalu memperhatikan cangkir, akan tetapi nikmatilah kopinya…”.



Sejatinya, inilah penyakit yang diderita manusia. Banyak orang yang tidak bersyukur kepada Allah atas apa yang ia miliki, setinggi apapun kesuksesannya. Sebab ia selalu membandingkannya dengan apa yang dimiliki orang lain.



Setelah menikah dengan seorang wanita cantik yang berakhlak mulia, ia selalu berfikir bahwa orang lain menikah dengan wanita yang lebih istimewa dari istrinya.



Sudah tinggal di rumah sendiri, namun selalu membayangkan bahwa orang lain rumahnya lebih mewah dari rumah sendiri.



Ia bukannya menikmati kehidupannya beserta istri dan anak-anaknya. Tapi justru selalu memikirkan apa yang dimiliki orang lain, seraya berkata, “Aku belum punya apa yang mereka punya”.



📚Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam mengingatkan,

"مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ، مُعَافًى فِي جَسَدِهِ، عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ؛ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا"

"Barang siapa yang melewati harinya dengan perasaan aman dalam rumahnya, sehat badannya dan memiliki makanan untuk hari itu; seakan-akan ia telah memiliki dunia seisinya". (HR. Tirmidzi dan dinilai hasan oleh al-Albani).



✒Seorang bijak berpetuah,

“Alangkah anehnya kebanyakan manusia! Mereka korbankan kesehatan untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Setelah terkumpul, gantian mereka gunakan harta tersebut untuk mengembalikan kesehatannya yang telah hilang!



Mereka selalu gelisah memikirkan masa depan, namun melupakan hari ini. Akibatnya, mereka tidak menikmati hari ini dan tidak pula hidup di masa datang.



Mereka senantiasa melihat apa yang dimiliki orang lain, namun tidak pernah melihat apa yang dimilikinya sendiri. Akibatnya, ia tidak bisa meraih apa yang dimiliki orang lain dan tidak pula bisa menikmati milik sendiri.



Mereka diciptakan untuk satu tujuan, yakni beribadah. Dunia diciptakan untuk mereka gunakan sebagai sarana beribadah. Namun justru sarana tersebut malah melalaikan mereka dari tujuan utama”.



🌹Maka, mari kita nikmati kopi kehidupan tersebut, apapun cangkirnya…😊

Wednesday, November 12, 2014

Letakkan Gelasmu...

Inspirasi semangat pagi



Buat mereka yg kehilangan semangat hidup...

 



Cukup Letakkan Gelasnya

-----------------



Seorang dosen memulai kuliah dengan memegang sebuah gelas berisi air, “kira-kira berapa berat gelas ini” Tanya nya pada para mahasiswa sambil mengangkat gelas tersebut pada posisi agak tinggi hingga seluruh mahasiswa dalam ruangan bisa melihatnya.



“50 gram..100 gram..150 gram..entahlah” jawab seorang mahasiswa



“well, kita takkan tahu jika tak menimbang nya” jawab sang dosen diiringi tawa kecil para mahasiswa



“pertanyaan nya adalah apa yang akan terjadi kalau saya mengangkat gelas ini selama 3 menit?” lanjutnya



“tidak akan terjadi apa-apa” kali ini jawaban seorang mahasiswa terdengar sangat meyakinkan



Dosen tersebut masih melanjutkan “kalau saya mengangkatnya selama sejam”



“wah..tangan anda akan keram prof” jawab si mahasiswa



“bagaimana kalau aku mengangkatnya seharian?”Tanya sang dosen belum puas



“entahlah, mungkin tangan anda akan mati rasa, beberapa otot akan terluka mungkin juga lumpuh. Dan yang jelas anda harus dibawa kerumah sakit ” seisi ruangan tertawa



“betul sekali, lantas apakah berat gelas ini akan berubah?”



“tidak prof”



“lalu apa yang harus saya lakukan supaya hal-hal buruk diatas tak perlu terjadi?”sang dosen terus bertanya



“anda tak boleh lupa untuk meletakkan gelasnya”



“persis, jangan mengangkat gelasnya terlalu lama”



Masalah hidup layaknya gelas tadi, semakin lama kita bawa, semakin lama kita akan terbebani, semakin menderita pula kita pada akhirnya.



Bobot masalah takkan berubah sedikitpun hanya kita begitu lama dan dalam memikirkan nya.



Benar bahwa setiap masalah memang harus difikirkan untuk dicari solusinya, tapi yang terpenting adalah bagaimana kita mempercayakan semua pada Allah, bahwa ditanganNya lah segala kuasa. Dia yang mengatur alam semesta, menjaga keseimbangan bumi, sangat mustahil jika Dia lupa memberi kita jalan keluar.



“Dialah yang telah menurunkan keterangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka ( yang telah ada ). Dan milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana” (Qs. Al Fath : 4)



Ketenangan hati adalah bukti kuatnya iman, sebaliknya kita harus hati-hati saat dilanda terlalu banyak kegelisahan, seolah masalah kita sangat besar, hingga merasa sebagai manusia paling menderita. Karena bisa jadi saat itu iman kita berada di titik nadir hingga syaithan leluasa menggoda.



Hidup lah dengan semangat pemburu syurga, niscaya takkan ada masalah yang terlalu berat terasa.





Biar TERSENGAT (TerSenyum dan Tetap Semangat)

 



*Diterjemahkan dari Islamic Thinking, dengan berbagai penyesuaian*

Friday, November 07, 2014

Bangun Malam & Layani Orang Lain



🌱By jamillazzaini



Rabu malam (29/2/2012) kemarin, saya terbang dengan pesawat garuda GA 324 Jakarta-Surabaya. Duduk di sebelah saya seorang bernama Yadi Sudjatmiko.

Lelaki paruh baya ini menuju Malang setelah menempuh perjalanan panjang dari Oman. Ia bekerja di salah satu perusahaan minyak disana. Satu bulan sekali ia pulang ke Indonesia, berlibur satu bulan kemudian bekerja lagi satu bulan.



Banyak pelajaran yang saya peroleh dari lelaki yg telah memiliki 3 orang anak ini. Pak Yadi hanya lulusan STM, tetapi kini ia bergaji besar mengalahkan sarjana teknik yg saya kenal.



Apakah itu diperolehnya dg mudah? TIDAK.



Setelah lulus STM ia mencari pekerjaan ke Jakarta dan Surabaya, namun yg ia dapatkan hanya jawaban, "Kalau cari kerja ke Kalimantan sana, jangan di kota besar."



Maka, ia pun berangkat ke Kalimantan. Di pulau Borneo itu, Pak Yadi bekerja sebagai room boy di sebuah hotel kemudian berpindah sebagai driver.



Saat itu ia berpikir, "Ternyata ijazah STM itu tidak ada artinya ya. Untuk bekerja di perusahaan atau kantoran saya harus memiliki sesuatu yg berbeda yg tidak mereka miliki dan lakukan. Tapi apa ya?"



Setelah berusaha mencari apa faktor pembeda itu, akhirnya ia menemukannya yaitu bangun malam 2 jam sebelum shubuh dan selalu melayani orang.



"Saya yakin sedikit sarjana yg bangun malam dan sarjana yg senang melayani orang. Bangun malam saya mohon ampun dan mohon pertolongan kepada Alloh. Ditambah praktiknya siang hari melayani orang sebaik-baiknya," begitu tutur pak Yadi kepada saya.



Beberapa bulan setelah ia mempraktikkan kebiasaan ini, ia diterima di sebuah perusahaan minyak Total. Dengan ketekunannya, ia menguasai keterampilan yg jarang dikuasai orang, yaitu memasang alat-alat di dalam perut bumi.



 "Pekerjaan saya tidak terlihat tetapi gajinya sangat terlihat," ujarnya sambil tertawa.



Setelah bergaji besar iapun tidak lupa terus melayani orang lain, baik di perusahaannya maupun di kampungnya. Untuk melayani masyarakat sekitar, gajinya ia sisihkan untuk membeli sapi yg ia kerjasamakan dengan para peternak dengan sistem bagi hasil atau"maro".



Lelaki ini terus bercerita."Saya punya pengalaman menarik, saat saya baik sangka, menolong dan melayani peternak saya mendapat balasan lebih besar. Waktu itu salah satu sapi saya mati, peternaknya ketakutan dan berjanji mengganti. Tapi saya katakan, tidak usah mengganti, saya ikhlas. Sayapun memberinya lagi sapi untuk dipelihara.



Hasilnya? Sapi yg dipelihara peternak itu melahirkannya kembar terus. Luar biasa kan?

Tak terasa, pesawat yang kami naiki mendarat di Bandara Juanda, Surabaya. Sebelum berpisah ia menasihati saya, "Bangunlah setiap malam sebelum kebanyakan orang lain bangun, layanilah orang tanpa berharap balasan. Gusti Alloh ora sare (tidak tidur). Kalau anda melakukan itu. Alloh lah yg akan melayani keperluan Anda. Enak kan?



Saya kehabisan kata-kata, tertegun menatapnya hingga lupa mengucapkan kata-kata yg sudah sepantasnya ia terima.



"Terima kasih pak Yadi, teman perjalananku, guruku."