Thursday, September 28, 2017

Tidak ada yang abadi !

watch out for the impact from
creative destruction , innovative disruption………

di dunia ini sungguh tidak pernah ada keabadian. Perubahan bisnis berlangsung dengan sangat cepat dan dramatis, sehingga satu-satunya yang abadi adalah perubahan itu sendiri (the only permanent is change itself).

Apple, Samsung dan LG yang kini menjadi raja dalam panggung elektronika global, suatu saat niscaya juga akan terpelanting. Lalu apa saja elemen yang membuat sebuah perusahaan – sedahsyat Apple sekalipun — ada kemungkinan bisa roboh ? mari melahap , mencerna dan mempelajari , mengantisipasi  analisa berikut ini :

 Limbungnya perusahaan seperti Sony dan Sharp sebenarnya hanya merupakan siklus sejarah yang kembali berulang.
Dulu kita pernah kenal merk televisi & audio seperti Grundig, Blaupunkt, dan JVC. Mereka semua dilibas oleh Panasonic dan Sony pada era tahun 80-an. Nah sekarang giliran Sony dan Panasonic yang ditendang oleh duet Samsung dan LG. Suatu hari nanti, duet Korea ini mungkin juga akan terkoyak oleh some companies from somewhere (mungkin dari China dan Indonesia. Who knows?).

 Lalu apa yang sebenarnya membuat sebuah perusahaan bisa jaya, lalu semaput dan kemudian mati? Dari beragam studi terhadap bangkit dan robohnya sebuah perusahaan skala dunia, kita mencatat ada tiga elemen yang layak diperhatikan .

 1 : Visionary CEO.
Kebangkitan sebuah perusahaan skala dunia hampir selalu dipicu oleh founder and CEO yang visioner. Apple pernah punya Steve Jobs. Microsoft pernah punya Bill Gates. Sony dulu punya sang legenda Akio Morita. Dan Panasonic memiliki pendiri hebat bernama Konosuke Matsushita.

 Sebaliknya, jatuh - bangunnya sebuah perusahaan juga lazim dimulai dengan sosok CEO yang abal-abal, alias tidak perform.

Sony limbung lantaran gagal menemukan sosok pengganti yang sehebat Akio Morita ( walaupun Sony dipimpin oleh ekspat dari USA) , performance tetap tidak sesuai harapan. )

Kasus Microsoft sama ,  sudah lebih dari sepuluh tahun harga saham Micorosft stagnan lantaran CEO mereka sekarang, Steve Ballmer, tidaklah sereputasi Bill Gates. Sebaliknya, Samsung terus melejit karena mereka punya CEO bernama Lee Kun Hee – sosok visioner yang dianggap sebagai The Steve Jobs of Korea.

Itulah kenapa, memprediksi kejayaan sebuah perusahaan dunia sebenarnya simpel : lihatlah level kecakapan dan track record CEO mereka.

2 : Arrogance Syndrome.

Ini penyakit psikologis yang ternyata banyak di-idap oleh perusahaan-perusahaan besar. Bertahun-tahun menjadi market leader, membuat mereka pelan-pelan terjangkiti sindrom arogansi, dan menikmati zona nyaman hingga tidak eling , waspada (rabun) dengan dinamika perubahan.
 Pada sisi lain, posisi sebagai underdog biasanya justru akan memicu fighting spirit yang dahsyat. Samsung dan LG dulu dianggap sebagai underdog sehingga amat bersemangat menjatuhkan Sony dkk.
 Dan tekad itu menjadi “lebih mudah” lantaran pada saat yang bersamaan perusahaan-perusahaan elektronika raksasa Jepang tergelincir dalam “sindrom arogansi” yang membuat mereka terlena dalam kebesaran.
 Pelajaran pahit itu yang kini coba diserap oleh Toyota. Petinggi mereka bilang : “Perusahaan mobil yang paling kami takuti bukan BMW atau Merceds Benz. Tapi Hyundai. Kami tidak ingin tragedi Sony menimpa pada diri kami”.
 Maka benarlah senandung dari Andy Groove, pendiri Intel yang pernah bilang : Only paranoid will survive. Lengah sedikit, mati.

 3 : Creative Destruction.

Ini sebuah konsep radikal yang berbunyi seperti ini : bunuhlah produk Anda sendiri, sebelum kompetitor menyeretnya ke lubang kuburan. Kodak terlambat membunuh produk kamera mereka, dan akhirnya mati. Produsen disket gagal membunuh produk mereka, dan kini lenyap. Nokia telat membunuh symbian, dan kini mereka harus menerima kekalahan walaupun sempat berjaya belesan tahun.
 Pesannya lugas : Anda tidak boleh terlalu jatuh cinta dengan produk Anda sendiri. Suatu saat Anda harus tega menguburnya, dan lalu segera pindah membangun produk baru yang mungkin sama sekali berbeda. Tidak mudah. Apalagi jika produk lama itu masih laris.
 Itu yang namanya “innovator dilemma” : perusahaan gamang melakukan inovasi sebab takut ini akan membunuh produknya sendiri. Tapi ini yang harus dilakukan, sebelum kompetitor melakukannya dengan brutal dan tanpa ampun. Anda harus berani melakukan “Creative Destruction” dan mengimplementasikan strategi Innovative Dirusption untuk memberikan yang lebih baik , cepat , ekonomis dan berkualitas ke konsumen kita.

Itulah tiga variable kunci yang layak dicatat untuk membuat sebuah perusahaan berkelit dari kematian yang prematur. Setidaknya, dengan pemahaman ini, sebuah perusahaan bisa tetap hidup hingga 100 atau 200 tahun lagi.
Meski kita semua tetap sadar : dalam dunia bisnis dengan persaingan yang sangat ketat , tidak pernah ada keabadian.

mari think no box , execute outside the box !

CARE FOR OTHERS

Kisah nyata: "CARE FOR OTHERS"
(merubah pandangan hidup diri sendiri)_

Pada 27 Oktober 1945, seorang bayi lelaki lahir pd sebuah desa petani di negara bagian Pernambuco, Brasil. Karena kondisi keluarga nya yg sangat miskin, anak ini sejak usia 4 tahun sdh terpaksa turun ke jalan utk berjualan kacang, namun tetap tidak cukup sandang dan pangan.

Setelah masuk SD, di luar jam belajarnya dia mencari makan dgn menjadi tukang semir sepatu bersama dua orang temannya, jika tidak mendapatkan pelanggan, maka dia hrs menahan lapar.

Pada saat usianya mencapai 12 tahun, di suatu petang datang seorang pemilik toko ingin menyemirkan sepatunya, tiga orang anak itu langsung mengerubunginya. Melihat pandangan penuh minta dr tiga anak ini, dia merasa serba salah. Akhirnya, dia mengeluar kan dua buah uang koin dr sakunya dan berkata : Siapa yg paling butuh uang di antara kalian akan saya berikan kesempatan utk menyemir sepatuku, saya akan membayarnya dua dolar.

Pada masa itu ongkos semir sepatu hanya 20 sen, jadi uang sepuluh kali lipat ini bagaikan kue yg jatuh dr langit. Ketiga pasang mata mrk segera memancarkan cahaya aneh.

“Dari pagi sampai sekarang saya belum makan, jika tidak ada uang utk membeli makanan, mungkin saya akan mati kelaparan”, kata seorang temannya."

“Bahan makanan di rumahku sdh habis tiga hari, ibuku juga sdg sakit, saya hrs membawa pulang bahan makanan, kalau tidak maka malam nanti saya akan dipukuli ...”, kata temannya yg lain.

Anak ini melihat pd uang dua  dolar di tangan pemilik toko, sejenak kemudian dia berkata: “Jika kesempatan mendapatkan dua dolar ini diberikan kepadaku, saya akan memberikan kpd dua orang temanku ini masing2 satu dolar.”

Jawaban anak ini membuat pemilik toko dan dua orang temannya merasa heran.

Anak ini menjelaskan: “Kedua orang ini adalah teman baikku, mereka sdh lapar seharian, sedangkan saya tadi siang ada makan sedikit kacang, jadi saya ada tenaga utk semir sepatu. Biarlah saya yg semir, anda pasti merasa puas.”

Pemilik toko ini merasa sangat terharu, setelah anak ini siap menyemir sepatunya, dia benar2 memberikan dua dolar kepadanya. Anak ini juga tidak menjilat kembali ludahnya, dia langsung membagikan uang kpd kedua temannya.

Beberapa hari kemudian, pemilik toko menemui anak itu dan memintanya agar bekerja di tokonya setelah pulang sekolah, sekaligus mendapatkan makan malam. Walau pun sbg pekerja magang upahnya sangat rendah, namun lbh baik daripada pendapatan dari semir sepatu.

Anak ini tahu kalau nasibnya berubah krn perbuatannya yg mau menolong org yg lbh membutuhkan. Sejak itu, asalkan mampu, dia akan berusaha membantu orang yg lebih susah daripadanya.

Akhirnya dia berhenti dari sekolah dan bekerja sbg buruh pabrik, demi memperjuangkan hak2 kaum buruh, dia bergabung dgn serikat buruh pd usia 21 tahun, dia juga mendirikan Partai Buruh pd usia 45 tahun.

Pada tahun 2002, dia mengikuti pemilihan presiden Brasil dgn slogan kampanye “Hapuskan Kelaparan” dan berhasil menang.

Pada tahun 2006, dia terpilih kembali utk masa jabatan 4 tahun kedua.

Selama 8 tahun pemerintahannya, dia merealisasikan janji kampanyenya utk menjadikan Brasil sbg kekuatan ekonomi dunia, dia berhasil membuat 93% anak2 dan 83% orang dewasa di Brasil cukup makan tiga kali sehari. Negara Brasil yg dipimpinnya berubah dari “Dinosaurus Pemakan Rumput” menjadi “Singa Jantan Benua Amerika”, sekali lompat Brasil berhasil masuk ke dalam deretan sepuluh besar kekuatan ekonomi dunia.

Tidak salah lagi kalau dia adalah mantan Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva yang masa jabatannya habis pada akhir tahun 2010.

"Jika kita semakin menaruh perhatian pd orang, maka kita akan semakin tdk mengkhawatirkan diri sendiri. Jika kita semakin tidak mengkhawatirkan diri sendiri, maka perasaan menderita kita akan semakin ringan." Care For Others!